keberhasilan indonesia dan BBPPBL Gondol dalam budidaya tuna sirip kuning

Untuk kali pertama, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sukses melakukan pemijahan ikan tuna sirip kuning (yellow fin) di luar habitat

deskripsi tentang hormon chorulon untuk ikan

Hormon Chorulon adalah gonadotropin korionik yang dipersiapan beku-kering (Human Chorionic Gonadotrophin atau HCG)

cara menaikan dan menurunkan pH

Cara-cara yang kami bahas kali ini cocok untuk air kolam karena bersifat alami dan tidak frontal

cara menjaga ikan tetap sehat ketika musim hujan

musim hujan adalah salah satu fenomena alam yang datang pada bulan tertentu, yang biasanya terjadi di bulan yang ada akhiran -ber seperti september, oktober, november, sampai february

Cara Budidaya Ikan Botia

Ikan Botia Merupakan Ikan Hias Yang Sudah Memasuki Pangsa Pasar Global

Kamis, 25 Desember 2014

Obat Ocean Free, Minyak Cengkeh, EM4, Hydro Vac, Kaporit, Klorin, C-San Aquatic, Tiger Bac, dan probiotik Aquatic Pada Ikan

1.      Ocean free
Obat pada ikan arwana yang berfungsi untuk obat bius
Kandungan
Lebih dari 7,5 x 109 sel dalam 1 ml cairan, bakteri ini lebih menguntungka untuk filtration
Kegunaan
1.      Membantu menurunkan dan mencegah kadar NH3 dan NH4 naik
2.      Menghilangkan klorin, kloramines dan logam berat  
3.      Buffer pH dan menurunkan faktor stress
4.      Mengandung Aloe Vera dan Vitamin E dan B
5.      Menciptakan kualitas air yang unggul
6.      Melindungi lendir dan insang
7.      Untuk mengobati dari penyakit ucler, velvet, whitespot
8.      bisa digunakan untuk segala jenis ikan aman digunakan biasa untuk pembiusan operasi ikan (pemasangan chip arwana), (bius ikan cupang merapihkan sirip)
9.      penenangan ikan dengan dosis kecil untuk pengiriman ikan
1.  striping ikan saat hipofisa/kimpoi suntik
Dosis
1. Operasi/bius total 1ml/liter air
2. penenangan untuk pengiriman dll 1ml/3 liter air

2.      Minyak Cengkeh
Minyak cengkeh merupakan obat bius yang digunakan pada ikan untuk tujuan terentu.
Kegunaan :
penyuntikan hormon, transportasi ikan hidup, penimbangan atau seleksi induk yang akan dipijahkan.
Manfaat
1.      Menghindari resiko kematian dalam pengobatan ikan
2.      Suapaya ikan tidak merasakan sakit saat disuntik
3.      Memudahkan proses transportasi
Cara penggunaan :
1.      Bila jumlah ikan yang akan diperlakukan sedikit, misalnya pada pengangkutan benih ikan, kita tinggal menyediakan sejumlah air di ember atau bak. Benih ikan dimasukkan ke dalamnya, kemudian minyak cengkeh sesuai dengan dosis disemprotkan ke dalam air atau cukup di permukaan saja.
2.      Sebaliknya, kalau jumlah ikan besar, misalnya saat panen atau seleksi induk, minyak cengkeh dimasukkan ke dalam kolam. Jika air kolam dianggap terlalu banyak, air bisa disurutkan, yang penting masih cukup untuk merendam ikan. Selanjutnya, volume air dihitung agar volume minyak cengkeh yang digunakan tepat dosis. Dengan cara seperti ini kita bisa menghemat minyak cengkeh.
3.      Setelah perlakuan, tinggal menunggu reaksi ikan. Tanda-tanda ikan terbius, tubuh dan siripnya tidak bergerak-gerak. Pada saat seperti inilah ikan bisa ditangani sesuai keperluan. Kalau sudah selesai, ikan disadarkan kembali dari pembiusan dengan cara mengalirkan air segar ke dalam kolam atau bak. Perlakuan bisa ditambah dengan memberi aerasi melalui selang atau blower.
Dosis :
Dosis minyak cengkeh yang tepat untuk membius ikan berkisar 1 – 5 cc/10 liter air. Pada nila merah dosis 1 cc/10 liter, ikan akan ‘pingsan’ dalam waktu 15 menit dan sadar kembali setelah 9 menit. Tapi, kalau dosis dinaikkan menjadi 5 cc/10 liter air, ikan segera pingsan 3 menit setelah diberi minyak cengkeh dan sadar lagi 42 menit kemudian.
Catatan :                                                
Jangan memakainya secara berlebihan. Dosis di atas 10 cc/10 liter air ternyata bisa mengakibatkan kematian ikan. 

3.      EM4

EM4 (Efective Microba 4) untuk perikanan dan tambak merupakan kultur mikro organisme yang menguntungkan, bermanfaat untuk meningkatkan kualitas air tambak dan meningkatkan produksi udang dan ikan. Setiap botol EM4 perikanan volume 1 (satu)liter mengandung.
1.      Lactobacillus Casei, minimum 2,0 X 106 sel/ml
2.      Saccharomyces cerevisiae, minimum 3,5 X 105 sel/ml
kegunaan
1.      Memperbaiki mutu air tambak
2.      Menguraikan bahan organik sisa pakan, kotoran ikan atau kotoran udang menjadi senyawa yang lebih bermanfaat
3.      Menekan mikroorganisme patogen
4.      Membantuk meningkatkan kualitas air dan kuantitas produksi ikan atau udang
5.      Menekan hama penyakit yang ada dalam tambak
Cara penggunaan
1.      Pada saat pengolahan dasar tambak, berikan bokashi sebanya 3-5 ton / ha
2.      Siramkan larutan EM4 sebanyak 4-6 liter / ha dan biarkan selama 2 minggu
3.      Selama masa pertumbuhan ikan atau udang berikan EM4 sebanyak 16 liter/ ha
4.      Interval waktu pemberian EM4 adalah 1 bulan sekali atau tergantung pada kondisi kualitas air tambak

4.      Hydro Vac
Hydro vac merupakan vaksin inaktif bakteri aeromonas hydrophila AHL 0905-2 untuk pencegahan penyakit MAS pada ikan air tawar
Komposisi
bakteri aeromonas hydrophila AHL 0905-2 1011 CFU / ml salin 0,845 %, Formalin 703,4 ppm
Persyaratan Vaksinasi
1.      Ikan minimal berumur 7 hari setelah menetas
2.      Kesehatan ikan dalam kondisi optimal
3.      Suhu air diatas 250C
Cara penggunaan
1.      Perendaman selama 15-30 menit. Dosisnya 10 ml vaksin dilarutkan dalam 100 liter air
2.      Dilekatkan pada pakan ikan (pellet). Pemberian dilakukan sampai 5-7 hari. Dosis 2-3 ml / kg bobot tubuh ikan
3.      Penyuntikan secara intra peritonial (IP) atau Intra muscular (IM). Dosis 0,1-0,2 ml/ kg bobot tubuh ikan
Catatan
Penyimpanan pada suhu 40C-80C

5.      Kaporit
Kaporit adalah bahan kimia yang befungfi sebagai desifek wadah budidaya.
Kegunaan
1.      Untuk membunuh mikroba yang berada di wadah budidaya
2.      Untuk mencegah berkembangnya penyakit
3.      Untuk mengendapkan bahan organik
Dosis
1.      Sterilisasi lahan dan alat dengan penyemprotan larutan kaporit minimal 5% (0,5kgkaporit dilarutkan dalam 10 liter air) dengan tujuan untuk membunuh spora/kistabakteri dan kemungkinan sisa-sisa virus.
2.      Sterilisasi terhadap bakteri dan plankton merugikan serta pengendapan bahanorganic menggunakan kaporit dengan dosis 25-30ppm atau 30kg/1000m2
Cara penggunaan
1.      Bersihkan wadah budidaya
2.      Lalu rendam /semprot kolam dengan kaporit sesuai dengan dosis
3.      Tunggu sekitar selama 15 menit
4.      Lalu bilas wadah dengan air kembali
5.      Lalu keringkan wadah budidaya dan siap digunanakan kembali

6.      Klorin
Fisik klorin yang biasa dunakan dalam bentuk gas cl2 dan granul atau bubuk seperti sodium hipoklorit (Ca(OCl)2). Penggunaan gas klorin lebih efisien untuk perlakuan volume besar karena biasanya relativ lebih rendah.
Kegunaan
1.      Desinfeksi air
2.      Desinfeksi peralatan dan bak pemeliharaan
Dosis
1.      Desinfeksi air limbah dapat dilakukan dengan 1-3 ppm klorin
2.      Untuk membunuh patogen 3-5 ppm
3.      Sedangkan desinfeksi dengan dosis 100-200 ppm selama 30 menit

7.      C San Aquatic
SAN-O2+Aquatic+-+Released+Oxygen.jpg (526×394)
C-san Aquatic adalah vitamin ikan atau udang untuk mengatasi segala bentuk stress
Indikasi
1.      Meningkatkan pertahan tubuh dari penyakit
2.      Mengatasi Stess
3.      Meningkatkan nafsu makan
4.      Melengkapi kebutuhan Vit C
Dosis
1 gr C-san aquatik /4 kg pakan, berikan selama 3-5 hari
Cara penggunaan
1.      Larutkan obat dalam 2-3 % dari volume ikan rucah potong segar. Campurkan larutan obat dan ikan rucah. Biarkan selama satu jam biar meresap dan siap diberikan atau:
2.      Larutkan obat dengan air atau perekat campurkan dengan pakan dan biarkan mengering (diangin angikan). Pakan siap diberikan pada ikan atu udang.

8.      Tiger Bac       
IMG0842A.jpg (1280×1024)
Tiger bac adalah probiotik untuk  meningkatkan kualitas air
Komposisi
1.      Tiap kg tiger bac mengandung :
2.      Total jumlah sel 2 X 1010 cfu/kg
3.      Bacillus subtilis
4.      Bacillus licheniformis
5.      Yeas (Sacharomyses cerevisiae)         
6.      Diperkaya enzyme protease, amylase, cellulase
Kegunaan
Menuerunkan kadar amonia, nittrit, hidrogen sulfide dan gas toksik lainya di dalam kolam/tambak per 1000 m3 dengan kedalaman air 1-1,5 meter berikan setiap 7 (tujuh) hari selama pemeliharaan.
Catatan
Simpan di tempat yang kering dan tertutup rapat

9.      Probiozyme aquatic
Adalah probiotik lingkungan yang berfungsi untuk meningkatkatkan kualitas air tambak ikan danudang
Komposisi
1.      Tiap gram mengandung bakteri bacillus licheniformis, bacillus subtilis, saccharomyces cereviciae.
2.      Jumlah total bakteri 1,0 X 107 CFU
3.      Diperkaya enzyme protease, amylase, cellulase, lipase dan xilanase
Kegunaan
1.      Mengurangi bahan organik dari sisa pakan, kotoran dan plankton yang mati di air dan dasar tambak /kolam
2.      Menghambat pertumbuhan penyakit penyebab penyakit pada ikan dan udang, seperti vibrio sp dan aeromonas sp
Dosis
Probiozym aquatic per 1000 m3 diberikan pada :
1.      Tujuh hari sebelum tebar benih 200-300 gr
2.      Saat tebar benih 200-300 gr
3.      Tujuh hari pasca tebar benih, selanjutnya setiap 14 hari selama pemeliharaan sampai panen 200-300 gram
Catatan
1.      Jangan digunakan bersamaan dengan desifektan
2.      Simpan di tempat yang kering
Cara penggunaan
Takar probiozyme aquatic sesuai kebutuhan kemudian tebarkan secara merata pada kolam ikan atau udang.


Laporan Pemeriksaan Endo Parasit dan Ekto Parasit Pada Ikan


I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penyakit merupakan kendala utama untuk keberhasilan produksi. Timbulnya penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh padat tebar ikan yang tinggi saat pemeliharaan, transportasi benih, penanganan dan kualitas air yang buruk (thanikachalam, 2010).
Berdasarkan lokasinya tubuh inang diketahui ada organisme yang tergolong sebagai ektoparasit. Ektoparasit ikan meliputi protozoa, cacing dan krustase. Kelimpahan, keragaman jenis dan sensifitas ektoparasit mungkin berbeda antara jenis ikan dan spesifitas ektoparasit mungkin berbeda antara jenis ikan. Sumber untuk memperoleh ektoparsit adalah lapisan lendir sirip, tubuh dan insang (Hadioetomo,1993)
Endoparasit dan meso parasit merupakan parasit yang berlokasi dalam tubuh insang. Dapat ditemukan pada otot daging, organ internal, usus, lumen dan rongga tubuh inang. Meso dan endoparasit ikan meliputi protozoa dan cacing. Kelimpahan, keaneka ragaman dan sensifitasnya munkin berbeda antara jenis ikan. Dari organ tersebut dapat dilihat adanya nodul-nodul sebagai kelainan yang tampak makroskopik yang mungin disebabkan oleh adanya kiste protozoa (terutama myxosporea atau microspora) maupun kiste parasit cacing. Parasit cacing pada usus dapat terlihat dengan mata telanjang, sedangkan parasit usus protozoa tidak terlihat secara makroskopik (Hadioetomo,1993). 
Pembedahan ikan berguna untuk mengetahui  perbedaan ikan yang terinfeksi bakteri dengan yang tidak terinfeksi bakteri baik pada organ luar maupun organ dalam pada dalam ikan. Penyakit tidak hanya menyerang organ dalam ikan tetapi juga menyerang organ dalm ikan, Sehingga perlu dilakukan pembedahan ikan untuk mengetahui penyakit yang menyerang organ dalam ikan dengan melakukan pembedahan ini kita bisa melakukan pencegahan perkembangan biakan parasit dan bakteri yang menyerang organ dalam ikan.
Penyakit didefinisikan sebagai gangguan fungi  fisiologis atau penyimpangan bentuk anatomi organ tubuh, kelainan darah dan kimiawi cairan tubuh ikan. Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, seistem respirasi biogenetik dan metebolisme, pencernaan, organ-organ sensor sistem saraf sistem endokin dan reproduksi (Fujaya, 2008).  
1.2.Tujuan  
Pemeriksaan parasit  bertujuan untuk mengetahui  ikan yang terinfeksi parasit  dengan yang tidak terinfeksi parasit  pada organ ikan.  Mampu membedakan organ ikan yang terserang penyakit dan tidak terserang penyakit. Untuk mencegah penyebaran penyakit yang lebih banyak pada ikan budidaya (untuk skala industry biasanya). Untuk mengetahui penyakit yang menyerang ikan. 

II. Metodologi
2.1. Waktiu dan tempat
Praktikum pemeriksaan paasiti ikan air tawar dilakukan pada hari senin, 8 November 2014 pada pukul 10.00-12.00, yang bertempat di ruang laboratorium CA Bio Diploma Istitut Pertanian Bogor.
2.2. Alat dan Bahan
·         Ikan nila, patin, dan lele.
·         Alat seksi : skapel, pinset, gunting bedah.
·         Akuades botol semprot.
·         Buku identifikasi parasit.
2.3. Prosedur Kerja
a. Prosedur pemeriksaan ektoparasit
Sediaan ulas mukus ikan
·         Siapkan kaca objek yang bersih, teteskan 1-2 tetes akuades.
·         Suspensikan kerokan lendir (dari sirip, tubuh dan insang) pada kaca objek yang telah disapkan.
·         Tutup dengan kaca penutup dan amati dibawah mikroorganisme parasit yang mungkin ada pada sediaan tersebut.
·         Amati dengan perbesaran 400-1000 kali
·         Menghitung prevalensi dan intensitasnya.
Sediaan ulas mukus insang
·         Gunting oeverkulum, insang diangkat dan ditempatkan pada cawan petri berisi larutan fisiologis.
·         Lembaran insang diambil, dibuat sediaan kerokan mukus insang, amati dengan perbesaran 400-1000 kali.
·         Pisahkan parasit cacing yang ditemukan dan mengidentifikasi jenisnya.
·          Hitung prevalensinya dan intesitasnya.




b. Prosedur pemeriksaan ektoparasit.
·         Ikan dibuka, sehingga organ dalam terlihat, amati kelainan yang tampak secara makroskopik.
·         Pindahkan organ dalam kecawan petri berisi larutan fisiologis.
·         Untuk saluran pencernaan, usus di buka secara memanjang, parasit cacing yang di pindahkan ke cawan petri berisi larutan fisiologis; keadaan mukosa usus diamati.
·         Buat sediaan kerokan mukosa usus, tutup dengan kaca penutup dan amati di bawah mikroskop dengan perbesaran tinggi.


III. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil
Jenis ikan
Organ
Jenis Parasit yang ditemukan
Prevalesi (%)
Intensitas
Nila (3)
Insang
Dactilogyrus (5)
50
1,6
Patin (1)
Lendir
Trichodina(1)
16
1
Patin (1)
Lendir
Nemathoda(1)
16
1
Patin (1)
Sirip Anal
Voticella(1)
16
1
Nila (1)
Sirip Anal
Chilodenella Hexaslicha(1)
16
1

Contoh perhitungan
Prevalensi=∑ ikan yang terserang  parasit “A”   x 100%
                              ∑ ikan yang diperiksa  

Intensitas = ∑Parasit “A”  yang ditemukan
                     ∑ ikan yang terserang penyakit “A”

3.2 Pembahasan
Penyakit akibat infeksi parasit menjadi ancaman utama keberhasilan akuakultur. Pemeliharaan ikan dalam jumlah besar dan padat tebar tinggi pada area yang terbatas, menyebabkan kondisi lingkungan tersebut sangat mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit infeksi. Kondisi dengan padat tebar tinggi akan menyebabkan ikan mudah stress sehingga menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit, selain itu kualitas air, volume air dan alirannya berpengaruh terhadap berkembangnya suatu penyakit. Populasi yang tinggi akan mempermudah penularan karena meningkatnya kemungkinan kontak antara ikan yang sakit dengan ikan yang sehat. Parasit adalah hewan atau tumbuhan yang hidup atas pengorbanan dari induk semangnya (hewan atau tumbuhan lain). Jadi parasit itu hidup dengan satu yaitu menyakiti induk semangnya (Alifudin, 1996).
Dalam pratikum kali kelompok kami menemukan bahwa ikan yang diteliti baik lele, nila, maupun patin semuanya rata-rata terserang ektoparasit. Ektoparasit yang sering muncul adalah Dactylogyrus sp. pada insang nila. Insang nila terserang bakteri Dactylogyrus sp. lebih suka menyerang insang . cacing ini bentuknya pipih dan pada ujung badan dilengkapi alat yang berfungsi sebagai pengait dan pengisap darah. Ikan yang terserang menjadi kurus dan tidak cerah lagi. Tutup insang tidak dapat menutup dengan sempurna . gwjala infeksi pada ikan antara lain pernafasan ikan meningkat , produksi lendir meningkat. 
 Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Irawan (2004) mengemukakan bahwa ikan yang terserang Dactylogyrus sp biasanya akan menjadi kurus, berenang menyentak-nyentak, tutup insang tidak dapat menutupi dengan sempurna karena insangnya rusak, dan kulit ikan kelihatan tak bening lagi selanjutnya Gusrina (2008), mengemukakan gejala infeksi Dactylogyrus sp pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih, Insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan.
Dactylogyrus sp sering menyerang ikan di kolam yang kepadatannya tinggi dan ikan-ikan yang kurang makan lebih sering terserang parasit ini dibanding yang kecukupan pakan. (Effendi, 2002) Parasit cacing ini termasuk parasit yang perlu diperhatikan, karena secara nyata dapat merusak filament insang, dan relatif lebih sulit dikendalikan dan penyakit ini sangat berbahaya karena biasanya menyerang ikan bersamaan dengan parasit lain Pada infeksi Gyrodactylus sp gejala yang dimbulkan hampir sama dengan infeksi oleh Dactylogyrus sp. Karena keduanya merupakan parasit yang menyerang insang ikan.
Dari pratikum yang dilakukan parasit Trichodina sp ditemukan menginfeksi sampel benih patin pada bagian lendir, penyakitnya disebut Trichodiniasis.Trichodina sp adalah parasit yang menyerang hampir semua spesis ikan tawar, dan termasuk salah satu parasit yang kosmopolit karna ditemukan hampir diseluruh perairan, (Effendi, 2002) Trichodina sp tubuhnya berbentuk datar seperti piring dengan dikelilingi rambut getar (marginal dan lateral cilia). Pada tubuh bagian bawah terdapat lingkaran tubuh bawah terdapat lingkaran pelekat (adhesive disk) untuk melekatkan dirinya ketubuh ikan atau benda-benda lainnya.

                                                      IV. Kesimpulan      
   
            Dalam praktikum untuk pemeriksaan ikan Lele, Nila dan patin ,  terdapat adanya bakteriDactylogyrus sp. , Trichodina sp. , Nematoda sp. , Vorticella sp. , Chilodenella hexaslicha . Pada insang ikan nila banyak ditemukan ektoparasit. Parasit dominan yang sering ditemukan yaitu Dactylogyrus sp.

V. Daftar Pustaka

Alifudin, Dama. 1996. Kriteria Ikan Terinfeksi, Sakit, Tertular, Sembuh dan           Sehat. Materi Seminar HPIK. Bogor: BpLPP

Effendi, Moch ichsan.Biologi Perikanan.Jakarta:Yayasan Pustaka Nusantara; 2002
Fujaya Yushinta .2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan.    Rineka Cipta. Jakarta.

Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam praktek : Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Granmedia Pustaka Utama: Jakarta.

Thanikachalam K, Marimutu K, Xavier R. Effect of garlic peel on growh, hematological parameters and desease resisrance against Aeromonas Hidrophyla in Afrikan catfish Clarias gariepinus (bloch) fingerlings. Asean pasific jounal of tropical medicine 3:614-618.



sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com