I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Penyakit
merupakan kendala utama untuk keberhasilan produksi. Timbulnya penyakit pada
ikan dapat disebabkan oleh padat tebar ikan yang tinggi saat pemeliharaan,
transportasi benih, penanganan dan kualitas air yang buruk (thanikachalam,
2010).
Berdasarkan
lokasinya tubuh inang diketahui ada organisme yang tergolong sebagai
ektoparasit. Ektoparasit ikan meliputi protozoa, cacing dan krustase.
Kelimpahan, keragaman jenis dan sensifitas ektoparasit mungkin berbeda antara
jenis ikan dan spesifitas ektoparasit mungkin berbeda antara jenis ikan. Sumber
untuk memperoleh ektoparsit adalah lapisan lendir sirip, tubuh dan insang
(Hadioetomo,1993)
Endoparasit
dan meso parasit merupakan parasit yang berlokasi dalam tubuh insang. Dapat
ditemukan pada otot daging, organ internal, usus, lumen dan rongga tubuh inang.
Meso dan endoparasit ikan meliputi protozoa dan cacing. Kelimpahan, keaneka
ragaman dan sensifitasnya munkin berbeda antara jenis ikan. Dari organ tersebut
dapat dilihat adanya nodul-nodul sebagai kelainan yang tampak makroskopik yang
mungin disebabkan oleh adanya kiste protozoa (terutama myxosporea atau
microspora) maupun kiste parasit cacing. Parasit cacing pada usus dapat
terlihat dengan mata telanjang, sedangkan parasit usus protozoa tidak terlihat
secara makroskopik (Hadioetomo,1993).
Pembedahan ikan berguna untuk mengetahui perbedaan ikan yang terinfeksi
bakteri dengan yang tidak terinfeksi bakteri baik pada organ luar maupun organ
dalam pada dalam ikan. Penyakit tidak hanya menyerang organ
dalam ikan tetapi juga menyerang organ dalm ikan, Sehingga perlu dilakukan pembedahan ikan untuk
mengetahui penyakit yang menyerang organ dalam ikan dengan melakukan pembedahan
ini kita bisa melakukan pencegahan perkembangan biakan parasit dan bakteri yang
menyerang organ dalam ikan.
Penyakit didefinisikan sebagai
gangguan fungi fisiologis atau penyimpangan
bentuk anatomi organ tubuh, kelainan darah dan kimiawi cairan tubuh ikan.
Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, seistem respirasi biogenetik dan
metebolisme, pencernaan, organ-organ sensor sistem saraf sistem endokin dan
reproduksi (Fujaya, 2008).
1.2.Tujuan
Pemeriksaan parasit bertujuan untuk mengetahui ikan yang terinfeksi parasit dengan yang tidak terinfeksi parasit pada organ ikan. Mampu membedakan organ ikan yang
terserang penyakit dan tidak terserang penyakit. Untuk mencegah penyebaran penyakit yang lebih banyak pada ikan budidaya (untuk
skala industry biasanya). Untuk mengetahui penyakit yang menyerang ikan.
II. Metodologi
2.1. Waktiu
dan tempat
Praktikum
pemeriksaan paasiti ikan air
tawar dilakukan pada hari senin, 8 November 2014 pada pukul
10.00-12.00, yang bertempat di ruang
laboratorium CA Bio
Diploma
Istitut Pertanian Bogor.
2.2. Alat dan Bahan
·
Ikan nila, patin, dan lele.
·
Alat seksi : skapel, pinset, gunting
bedah.
·
Akuades botol semprot.
·
Buku identifikasi parasit.
2.3. Prosedur Kerja
a.
Prosedur pemeriksaan ektoparasit
Sediaan
ulas mukus ikan
·
Siapkan kaca objek yang bersih, teteskan
1-2 tetes akuades.
·
Suspensikan kerokan lendir (dari sirip,
tubuh dan insang) pada kaca objek yang telah disapkan.
·
Tutup dengan kaca penutup dan amati
dibawah mikroorganisme parasit yang mungkin ada pada sediaan tersebut.
·
Amati dengan perbesaran 400-1000 kali
·
Menghitung prevalensi dan intensitasnya.
Sediaan ulas mukus
insang
·
Gunting oeverkulum, insang diangkat dan
ditempatkan pada cawan petri berisi larutan fisiologis.
·
Lembaran insang diambil, dibuat sediaan
kerokan mukus insang, amati dengan perbesaran 400-1000 kali.
·
Pisahkan parasit cacing yang ditemukan
dan mengidentifikasi jenisnya.
·
Hitung
prevalensinya dan intesitasnya.
b. Prosedur pemeriksaan
ektoparasit.
·
Ikan dibuka, sehingga organ dalam
terlihat, amati kelainan yang tampak secara makroskopik.
·
Pindahkan organ dalam kecawan petri
berisi larutan fisiologis.
·
Untuk saluran pencernaan, usus di buka
secara memanjang, parasit cacing yang di pindahkan ke cawan petri berisi
larutan fisiologis; keadaan mukosa usus diamati.
·
Buat sediaan kerokan mukosa usus, tutup
dengan kaca penutup dan amati di bawah mikroskop dengan perbesaran tinggi.
III. Hasil dan Pembahasan
3.1
Hasil
Jenis ikan
|
Organ
|
Jenis Parasit
yang ditemukan
|
Prevalesi (%)
|
Intensitas
|
Nila (3)
|
Insang
|
Dactilogyrus
(5)
|
50
|
1,6
|
Patin (1)
|
Lendir
|
Trichodina(1)
|
16
|
1
|
Patin (1)
|
Lendir
|
Nemathoda(1)
|
16
|
1
|
Patin (1)
|
Sirip Anal
|
Voticella(1)
|
16
|
1
|
Nila (1)
|
Sirip Anal
|
Chilodenella
Hexaslicha(1)
|
16
|
1
|
Contoh
perhitungan
Prevalensi=∑
ikan yang terserang parasit “A” x
100%
∑ ikan yang diperiksa
Intensitas
= ∑Parasit “A” yang ditemukan
∑ ikan yang terserang
penyakit “A”
3.2
Pembahasan
Penyakit akibat infeksi
parasit menjadi ancaman utama keberhasilan akuakultur. Pemeliharaan ikan dalam
jumlah besar dan padat tebar tinggi pada area yang terbatas, menyebabkan
kondisi lingkungan tersebut sangat mendukung perkembangan dan penyebaran
penyakit infeksi. Kondisi dengan padat tebar tinggi akan menyebabkan ikan mudah
stress sehingga menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit, selain itu
kualitas air, volume air dan alirannya berpengaruh terhadap berkembangnya suatu
penyakit. Populasi yang tinggi akan mempermudah penularan karena meningkatnya
kemungkinan kontak antara ikan yang sakit dengan ikan yang sehat. Parasit adalah
hewan atau tumbuhan yang hidup atas pengorbanan dari induk semangnya (hewan
atau tumbuhan lain). Jadi parasit itu hidup dengan satu yaitu menyakiti induk
semangnya (Alifudin, 1996).
Dalam
pratikum kali kelompok kami menemukan bahwa ikan yang diteliti baik lele, nila,
maupun patin semuanya rata-rata terserang ektoparasit. Ektoparasit yang sering
muncul adalah Dactylogyrus sp. pada
insang nila. Insang nila terserang bakteri Dactylogyrus
sp. lebih suka menyerang insang . cacing ini bentuknya pipih dan pada ujung
badan dilengkapi alat yang berfungsi sebagai pengait dan pengisap darah. Ikan
yang terserang menjadi kurus dan tidak cerah lagi. Tutup insang tidak dapat
menutup dengan sempurna . gwjala infeksi pada ikan antara lain pernafasan ikan
meningkat , produksi lendir meningkat.
Dactylogyrus sp
sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Irawan (2004)
mengemukakan bahwa ikan yang terserang Dactylogyrus sp
biasanya akan menjadi kurus, berenang menyentak-nyentak, tutup insang tidak
dapat menutupi dengan sempurna karena insangnya rusak, dan kulit ikan kelihatan
tak bening lagi selanjutnya Gusrina (2008), mengemukakan gejala infeksi Dactylogyrus sp pada ikan antara
lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih, Insang yang
terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan.
Dactylogyrus sp sering
menyerang ikan di kolam yang kepadatannya tinggi dan ikan-ikan yang kurang
makan lebih sering terserang parasit ini dibanding yang kecukupan pakan. (Effendi,
2002) Parasit cacing ini termasuk parasit yang perlu diperhatikan, karena
secara nyata dapat merusak filament insang, dan relatif lebih sulit
dikendalikan dan penyakit ini sangat berbahaya karena biasanya menyerang ikan
bersamaan dengan parasit lain Pada infeksi Gyrodactylus sp gejala
yang dimbulkan hampir sama dengan infeksi oleh Dactylogyrus sp. Karena
keduanya merupakan parasit yang menyerang insang ikan.
Dari
pratikum yang dilakukan parasit Trichodina sp
ditemukan menginfeksi sampel benih patin pada bagian lendir, penyakitnya
disebut Trichodiniasis.Trichodina sp
adalah parasit yang menyerang hampir semua spesis ikan tawar, dan termasuk
salah satu parasit yang kosmopolit karna ditemukan hampir diseluruh perairan, (Effendi,
2002)
Trichodina sp tubuhnya berbentuk
datar seperti piring dengan dikelilingi rambut getar (marginal dan lateral
cilia). Pada tubuh bagian bawah terdapat lingkaran tubuh bawah terdapat
lingkaran pelekat (adhesive disk) untuk melekatkan dirinya ketubuh ikan atau
benda-benda lainnya.
IV. Kesimpulan
IV. Kesimpulan
Dalam praktikum untuk pemeriksaan
ikan Lele, Nila dan patin , terdapat
adanya bakteriDactylogyrus sp. ,
Trichodina sp. , Nematoda sp. , Vorticella sp. , Chilodenella hexaslicha . Pada
insang ikan nila banyak ditemukan ektoparasit. Parasit dominan yang sering
ditemukan yaitu Dactylogyrus sp.
V.
Daftar Pustaka
Alifudin,
Dama. 1996. Kriteria Ikan Terinfeksi, Sakit, Tertular, Sembuh dan Sehat. Materi Seminar HPIK. Bogor:
BpLPP
Effendi, Moch ichsan.Biologi Perikanan.Jakarta:Yayasan
Pustaka Nusantara; 2002
Fujaya Yushinta .2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan
Teknik Perikanan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam praktek : Teknik
dan Prosedur Dasar Laboratorium. Granmedia Pustaka Utama: Jakarta.
Thanikachalam K, Marimutu K,
Xavier R. Effect of garlic peel on growh,
hematological parameters and desease resisrance against Aeromonas Hidrophyla in
Afrikan catfish Clarias gariepinus (bloch) fingerlings. Asean pasific
jounal of tropical medicine 3:614-618.
0 komentar:
Posting Komentar