I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Mikroba yang ditemukan di suatu lingkungan ditemukan dalam
populasi campuran, sangat jarang sekali yang ditemukan sebagai satu spesies
tunggal. Penelitian mengenai mikroorganisme biasanya memerlukan teknik untuk
memisahkan populasi campuran pada permulaanya, atau biakan campuran, menjadi
spesies-spesies yang berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni
terdiri dari suatu populasi sel yang berasal dari satu sel induk (Prescott,
2003).
Biakan murni diperlukan karena semua metode
mikrobiologis yang digunakan dalam menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme
memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Ada
dua teknik yang sering digunakan untuk memperoleh biakan murni, yaitu cawan
gores dan cawan tuang. Namun yang digunakan dalam praktikum ini adalah teknik cawan
gores dengan metode kuadaran.
Sifat hidup bakteri secara umum adalah sapotrofik pada sisa
buangan hewan ataupun tanaman yang sudah mati, tetapi banyak juga parasitik
pada hewan, manusia, dan tanaman dengan menyebabkan banyak penyakit (Suriawiria
2008). Menurut Waluyo (2007), pengamatan bekteri dapat dilakukan secara
individual, satu per satu, maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Bila
bakteri yang ditumbuhkan di dalam medium yang tidak cair, maka akan terjadi suatu
kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap
spesies, dan bentuk tersebut merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu.
Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofik, yang
memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila fungi hidup dari benda
organik mati yang terlarut disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa
tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang
lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah. Hal ini dapat meningkatkan
kesuburan tanah, fungi juga penting dalam pembuatan antibiotik seperti Peniciline. Akan tetapi fungi juga dapat
merugikan jika membusukkan kayu, tekstil, makanan dan bahan-bahan lain (Pelczar
dan Chan 2007).
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum
ini adalah mempelajari cara
mengisolasi bakteri dari lingkungan akuatik dengan metode penggoresan kuadran
serta mengamati ciri-ciri koloni bakteri yang tumbuh.
II. METODE KERJA
2.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum
dilaksanakan pada Selasa, 28 Februari 2012 pukul 11.50 s.d. 13.30 WIB,
bertempat di Laboratorium CB Mikrobiologi, kampus
Cilibende - Diploma Institut Pertanian Bogor.
2.2
Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan adalah cawan petri, jarum OSE, bunsen, korek api, oppendorf, dan
spidol. Bahan yang digunakan adalah media NA, alkohol, dan sampel air.
2.3
Prosedur
Kerja
2.3.1
Isolasi Bakteri
Bunsen
dinyalakan dengan menggunakan korek api. Pinggiran cawan petri yang berisi
media NA dipanaskan, agar steril. Setelah itu jarum OSE dibakar di atas api
bunsen hingga berwarna merah terbakar, lewatkan sampai dekat gagang, lalu
jauhkan dari api hingga dingin. Oppendorf yang berisi sampel air dibuka dan jarum OSE yang
telah didinginkan dicelupkan ke dalam air sampel.
Cawan petri yang berisi media NA di gores, gores permukaan
kuadran 0 terlebih dahulu. Jarum OSE dipanaskan kembali, setelah dingin cawan
petri dibuka pelan-pelan dan goresan di ujung kuadran 0 disambung ke kuadran I.
Kemudian jarum OSE dipanaskan kembali, setelah dingin cawan petri dibuka
pelan-pelan dan goresan di ujung kuadran I disambung ke kuadran II. Setelah itu
jarum OSE dipanaskan kembali, setelah dingin cawan petri dibuka pelan-pelan dan
goresan di ujung kuadran II disambung ke kuadran III.
Kemudian
pinggiran cawan dipanaskan kembali dan jarum OSE dipijarkan agar bakterinya
mati. Setelah itu, cawan petri dimasukkan ke kantong plastik dan di simpan
selama 24 jam untuk diteliti.
2.3.2
Isolasi Fungi
Pada
Ikan Sakit
Bunsen
dinyalakan dengan menggunakan korek api. Pinggiran cawan petri yang berisi
media NA dipanaskan, agar steril. Ambil sample ikan sakit, dan taruh di media
NA yang terdapat di cawan petri. Kemudian ratakan dengan batang pengaduk.
Pada Air
Kolam Induk
Bunsen
dinyalakan dengan menggunakan korek api. Pinggiran cawan petri yang berisi
media NA dipanaskan, agar steril. Setelah itu jarum OSE dibakar di atas api
bunsen hingga berwarna merah terbakar, lewatkan sampai dekat gagang, lalu
jauhkan dari api hingga dingin. Oppendorf yang berisi air kolam indukan dibuka dan jarum OSE
yang telah didinginkan dicelupkan ke dalam air kolam indukan. Kemudian gores
secara zig-zag di cawan petri yang terdapat media NA.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan isolasi bakteri
Sampel
|
Nama
|
Bentuk
|
Tepian
|
Elevasi
|
Ciri-ciri
|
Air
Tandon
|
Dedy Hidayat
|
Bentuknya bulat, tepiannya licin,
elevasinya cembung, warnanya putih susu
|
|||
Fega Iken
|
Bentuknya bulat, tepiannya licin,
elevasinya cembung, warnanya putih susu
|
||||
Himmah Ihya
|
Bentuknya bulat, tepiannya licin,
elevasinya cembung, warnanya putih susu
|
||||
Syahril Ritonga
|
Bentuknya bulat, tepiannya licin, elevasinya
cembung, warnanya putih susu
|
||||
Syuhada Restu
|
Bentuknya bulat, tepiannya licin,
elevasinya cembung, warnanya putih susu
|
||||
Tiara Analia
|
Bentuknya bulat, tepiannya licin,
elevasinya cembung, warnanya putih susu
|
Tabel 2. Hasil pengamatan isolasi fungi
Sampel
|
Nama
|
Hasil
|
Ikan sakit
|
Syahril
Ritonga
|
+
|
Dedy
Hdayat
|
+
|
|
Air
Kolam Induk
|
Syuhada
Restu & Tiara
|
+
|
Fega
& Himmah
|
+
|
Keterangan: + =
tumbuh hifa
-
= tidak tumbuh hifa
3.2 Pembahasan
Teknik isolasi meliputi mendapatkan, memurnikan,
identifikasi, dan pengujian produksi (Hidayat, Padaga, Suhartini 2006). Menurut
Hadioetomo (1993), untuk mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies
mikroorganisme tertentu, pertama-tama organisme tersebut harus dapat dipisahkan
dari mikroorganisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan
menjadi biakan murni.
Dalam pengisolasian diterapkan
beberapa teknik, diantaranya teknik cawan gores dan cawan tuang. Kedua teknik
tersebut didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme
sedemikian rupa sehingga suatu spesies organisme dapat dipisahkan dari
organisme lainnya, dengan angggapan bahwa koloni tunggal yang terpisah dan
nampak dicawan petri setelah diinkubasi berasal dari satu sel tunggal
(Widanarni 2011).
Pada praktikum kali ini pengisolasian dilakukan
dengan teknik cawan gores dan menggunakan metode kuadran, yaitu membuat cawan
terbagi menjadi kuadran-kuadran. Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu
menghemat bahan dan waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan
keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan
gores yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya
mikroorganisme yang diinginkan.
Goresan yang terpenting untuk diamati adalah goresan
terakhir, karena dari goresan terakhir itu didapatkan koloni dari sel tunggal
yang benar-benar murni tidak
tercampur spesies lain, sehingga mudah untuk dipindahkan ke media steril lain
yang berfungsi sebagai media biakan murni sel tunggal yang diperoleh.
Media agar merupakan substrat yang sangat baik untuk
memisahkan campuran mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya menjadi
terpisah-pisah. Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada
media agar memungkinkannya tumbuh agak berjauhan dari sesamanya, juga
memungkinkan setiap selnya berhimpun membentuk koloni, yaitu sekelompok massa
sel yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Bahan yang diinokulasikan pada
medium disebut inokulum, dengan menginokulasi medium NA dengan metode cawan gores
atau media cawan tuang, sel-sel mikroorganisme akan terpisah sendiri-sendiri.
Banyak bakteri yang dapat menyebabkan ikan terserang
penyakit, diantaranya yaitu :
1. Vitiligo. Dapat dikenali dengan adanya noda
putih berkabut pada sirip atau kulit ikan. Selaput lendir terbuka sehingga
daerah tak bersisik menjadi kelihatan. Hal ini bisa menyebabkan kulit ikan akan
hancur atau terkelupas.
2. Fin Rot. Bakteri ini akan menyerang ikan yang
tidak sehat, ikan yang mengalami stress atau kelebihan populasi dalam sebuah
aquarium Ekor ikan yang terserang akan membusuk pada ujungnya dan menyebar
terus sampai ke pangkal ekor.
3.
Bacterial
Gill Rot. Timbul ketika selaput lendir sensitif
pada insang telah diserang parasit. Bagian dalam insang yang telah mati
diserang bakteri berwarna putih keabu-abuan.
4. Columnaris. Ditandai dengan adanya seperti
jaringan halus berwarna putih pada mulut, sirip, ekor dan sisik ikan.Pada tahap
selanjutnya pada ekor dan sirip kadang-kadang mengalami pembusukan
5. Bloody inflammations. Pendarahan pada sebagian area pada
kulit ikan, pendarahan pada anus dan ekor dan sirip merupakan ciri-ciri infeksi
yang terjadi.
6.
Dropsy.
Bakteri ini menginfeksi usus ikan
sehingga ikan malas untuk makan karena adanya gangguan di pencernaan.Pada tahap
selanjutnya selaput pada usus akan lepas menempel pada anus berwarna putih dan
panjang seperti berak putih. Sehingga makanan tidak dapat lagi dicerna karena
organ didalam sudah tidak dapat bekerja dengan baik.Pada tahap akhir karena
kerusakan organ hati ikan atau kerusakan organ urin. Akhirnya cairan berkumpul
di rongga pada tubuh ikan, pada bagian dalam sisik atau pada mata ikan. Hal ini
menyebabkan bengkak pada sisik dan pada mata ikan
7.
Erythrodermatitis.
Penyakit
ini terlihat dari mulai adanya noda merah pada kulit yang akan berubah menjadi
borok atau luka berdarah yang terbuka. Pada tahapan lanjut tepian luka atau
borok tersebut akan berwarna putih, dan biasanya terjadi pada punggung (bagian
atas) dan bagian tubuh ekor.
Dari hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa koloni yang tumbuh
di media memiliki warna putih susu, bentuknya bulat, tepiannya licin, dan
elevasinya cembung. Hasil goresan akhir pada cawan petri menghasilkan satu
koloni, karena setiap koloni merupakan biakan murni satu macam mikroorganisme
(Pelczar dan Chan 2007).
Berikut hasil dari percobaan :
Gambar 1
Isolasi bakteri
Gambar 2
Isolasi fungi pada air kolam induk
Gambar 3 Isolasi fungi pada ikan sakit
|
IV. KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Menggunakan teknik cawan gores dengan metode kuadran
memeilik keunggulan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Goresan yang terpenting untuk diamati adalah goresan
terakhir, karena dari goresan terakhir itu didapatkan koloni dari sel tunggal
yang benar-benar murni.
Teknik cawan gores dengan metode kuadran bisa
mendapatkan biakan murni, terbukti dengan seragamnya ciri-ciri bakteri yang
diperoleh.
3.2
Saran
Untuk praktikum kedepannya, diharapkan agar metode
pengisolasian yang lainnya seperti metode cawan tuang pun dipraktikkan dan
media yang dipakai pun seharusnya lebih beragam. Hal ini dimaksudkan agar
mahasiswa memiliki bekal yang lebih mahir dalam melakukan pengisolasian dengan
berbagai teknik dan jenis media yang beranekaragam.
DAFTAR PUSTAKA
Prescott, L.M. 2003. Microbiology 5th
edition. New York: Mc Graw Hill.
Suriawiria, Unus. 2008. Mikrobiologi Air. Bandung: PT. Alumni.
Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Volume 1.
Hidayat, Nur. Masdiana C. Padaga,
Sri Suhartini. 2006. Mikrobiologi
Industri.
Yogyakarta:
Andi Offset.
Hadioetomo RS.1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan
Prosedur
Dasar
Laboratorium.
Jakarta: Gramedia Utama.
Widanarni. 2011. Modul Praktikum Mikrobiologi Akuatik.
Bogor: Institut
Pertanian
Bogor.
Nuryaman, Asep. 2010. http://www.liliaquarium.com/penyakit-pada-ikan-cacing- virus-bakteri&catid=34:profil. 04-03-2012.
0 komentar:
Posting Komentar