Ikan Tuna
adalah jenis ikan pelagis (Hidup dipermukaan) yang selalu bermigrasi untuk
mencari tempat makan ataupun untuk kawin dan bereproduksi. Ikan ini memiliki
bentuk torpedo dan merupakan ikan perenang cepat. Ikan tuna mempunyai wilayah
migrasi yang cukup luas yakni tersebar hampir di 100 negara.
Menuju Kerambah Ikan Tuna |
KJA BPPPBL Gondol |
Salah satu ikan tuna yang di budidayakan saat ini adalah tuna sirip kuning oleh
BBPPBL gondol bali. Budidaya ikan tuna di yang di budidayakan di balai ini
telah berhasil memijah pada tahun 2004 namun perkembangannya setelah itu
pemijahan ikan tuna di balai ini belum menunjukan hasil perkembangan terbaru
sampai tahun 2010 karena ikan tuna yang di pijahkan tidak memijah lagi setelah
tahun 2004 saat pertama kali keberhasilan dalam memijahkan ikan tuna sirip
kuning. Namun pada saat ini budidaya tuna sirip kuning telah berhasil di
pijahkan dikembangkan
Saat ini ada ada 2 negara yang telah berhasil memijahkan tuna selain indonesia salah satunya jepang dan australia. Untuk kali pertama, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sukses melakukan pemijahan ikan tuna sirip kuning (yellow fin) di luar habitat. Keberhasilan dalam pemijahan ikan yang memiliki nama ilmiah Thunnus albacares ini pun menjadi sejarah baru bagi sektor kelautan dan perikanan nasional. Karena Indonesia menjadi negara pertama yang membudidayakan ikan pelagis ini dari mulai tahap pemijahan. “Ini prestasi yang membanggakan sekaligus menjadi langkah nyata kita dalam mendukung kebijakan pembangunan perikanan yang berkelanjutan (sustainable fisheries development), sehingga bisa menjamin kelangsungan hidup ikan tuna serta bisnisnya,” jelas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan KP Achmad Poernomo di Jakarta, Minggu Sore (25/1).
Dari
hasil pemijahan ikan tuna di KJA, diperkirakan jumlah telur total yang
dihasilkan oleh ikan tuna sebanyak 400-500 ribu butir. Nantinya, baby tuna yang
dikembangkan di KJA ini bisa dibudidaya masyarakat. “Pemijahan ikan tuna yang
dipelihara di KJA ini merupakan pemijahan ikan tuna yang pertama terjadi di
Indonesia, sehingga diharapkan nantinya telur hasil pemijahan ini dapat
menghasilkan benih yang dapat diaplikasi oleh masyarakat pembudidaya,” ungkap
Achmad.
Lebih
lanjut, Achmad menjelaskan, pemijahan ikan tuna sirip kuning ini merupakan buah
dari hasil kerja keras dari UPT Balitbang KP yakni Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol, Bali. Keberhasilan dalam pemijahan
ini karena tim peneliti terus melakukan pengkajian teknologi baik kontruksi
kolam pemijahan, teknik pengelolaan induk dalam pemijahan , pengelolaan pakan
dan air. Adapun sejak tahun 2013 lalu, BBPPBL Gondol telah menjalankan program
kegiatan penelitian Tuna Sirip Kuning dengan fokus budidaya tuna dengan dalam keramba
jaring apung (KJA) di lepas pantai. Tercatat, pemeliharaan induk di Karamba
Jaring Apung di laut menunjukkan sintasan (survival rate) di atas 80 persen.
Perlu
diketahui, Pemijahan ikan tuna di KJA pertama kali terjadi pada tanggal
21 Januari 2015. Lebih rinci, tim peneliti menggunakan satu unit KJA dengan
ukuran diameter pelampung 50 m dengan ukuran mata jaring 2.5 inch dan kedalaman
jaring 9 m. Adapun dalam kegiatan pembudidayaan tuna sirip kuning, calon
induk di peroleh dari perairan Laut Bali Utara sebanyak 114 ekor dengan
ukuran 0,5-1,0 kg. Tuna dianggap sebagai indukan bila telah berukuran 20-30 kg
dengan waktu pemeliharaan selama satu tahun. Di KJA sendiri ikan tuna diberi
pakan dua kali sehari. Calon indukan diberi pakan berprotein tinggi, yaitu ikan
layang dan cumi cumi dengan rasio 1:1. Sedangkan di dalam pakan segar tersebut
ditambahkan vitamin sebanyak 2.5 persen dari jumlah pakan ikan.
Seperti
diketahui, Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi tuna tertinggi di
dunia. Tercatat, total produksi tuna mencapai 613.575 ton per tahun dengan
nilai penjualan sebesar Rp 6,3 triliun per tahun. Sebanyak 70 persen produksi
ikan tuna Indonesia diekspor ke Thailand, Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat,
dan Uni Eropa. Kendati demikian, komoditas tuna tengah menghadapi sejumlah
tantangan a.l., menurunnya produktivitas, ukuran yang cenderung mengecil serta
daerah penangkapan ikan yang cenderung ke laut lepas. Sedangkan di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPPI), status tingkat eksploitasi tuna jenis
albacore, madidihang, mata besar dan tuna sirip biru selatan sudah sangat
mengkhawatirkan dengan status tereksploitasi penuh (fully exploited) hingga
tereksploitasi berlebih (over-exploited) dan hanya tuna jenis cakalang yang
masih dalam status tereksploitasi sedang (moderate). Tak ayal, trend penurunan
stock tuna ini mengancam keberlangsungan mata pencaharian nelayan dan juga
bisnis tuna.
Semoga upaya budidaya ikan laut di indonesia terus berlanjut.
Dalam perkembagan budidaya laut di indonesia indonesia telah banyak berhasil
mengembangkan pembenihan ikan laut seperti kerapu macan, kerapu batik, kerapu
cantang, kerapu sunu, kerapu hybrid, kekerangan, abalon, kerang mutiara, udang
vannamei, udang bandeng, kakap putih, kakap merah, terpang, abalon, bandeng dan
masih banyak lagi.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus